Jumat, 20 Maret 2009

MUSEUM KARST WONOGIRI PRACIMANTORO

Ajaran adiluhung di balik nama 7 gua di Pracimantoro
Tujuh gua yang terhampar di Desa Gebangharjo, Pracimantoro itu, sebelumnya nyaris tak terawat. Puluhan bahkan mungkin ratusan tahun silam, eksotisme yang tercipta secara alami itu hanya menjadi arena permainan anak-anak desa setempat.
Namun kini, tujuh gua itu mendapat perhatian. Pemerintah pusat pun langsung turun tangan untuk mencurahkan bukti kepeduliannya atas keindahan alam di kawasan karst di Pracimantoro itu. Sebuah gedung megah yang direncanakan bernilai Rp 11,5 miliar pun digelontorkan.Ya, tujuh gua yang terhampar di Desa Gebangharjo, Pracimantoro itu kini menjadi pusat kajian ilmiah atas keindahan bebatuan alamnya. ”Wah...gagah betul bangunannya!” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, terkagum-kagum ketika menyaksikan master plan bangunan Museum Karst Dunia.Kekaguman Menteri, barangkali hanya sekilas ketika menyaksikan indahnya bebatuan gua dan master plan bangunan Museum Karst yang berdiri di atas tanah seluas 4 hektare. Namun, di balik keindahannya, tujuh gua yang membentang di lahan seluas 30 hektare itu, rupanya juga menyimpan ajaran adiluhung tentang kehidupan. ”Dari jumlahnya saja, angka tujuh itu maknanya adalah tujuh tahapan manusia untuk mencapai kesempurnaan,” jelas Kepala Bappeda, Pranoto, kepada Espos di lokasi itu, Rabu (2/7).Pranoto rupanya punya cara lain meneropong keindahan tujuh gua itu. Dimulai dari Gua Mrica, kata Pranoto, merica sendiri adalah ungkapan untuk dunia ini yang kecil laksana merica. ”Maksudnya, dunia ini harus kecil di genggaman tangan dan hati.”Selanjutnya adalah Gua Tembus yang mengajarkan manusia untuk mampu menembus batas antara duniawi dan akhirat. Jika tahapan tersebut mampu dilewati, kata Pranoto, maka manusia juga akan melewati tahapan sapen yang bermakna pembersihan diri (taubat). Tahapan ini digambarkan melalui Gua Sapen. ”Jika sudah melampaui tahap-tahap tersebut, selanjutnya ialah Gua Sonya Ruri, yang bermakna hening. Dalam situasi seperti ini, manusia berarti telah siap menerima ilham (cahaya kebenaran) atau kewahyuan,” jelasnya.Proses pencerahan yang digapai manusia, kata Pranoto, juga digambarkan dalam Gua Gilap yang berarti bercahaya. ”Hidupnya siap menerangi manusia lainnya,” paparnya. - Oleh : Aries Susanto

Selasa, 03 Maret 2009



Lagi tour ke Anyer nich : Zul, Vita, Susi, Sardi, Kamino, Dyah, Sarino, n dua teman gabungan

ASICH TOUR BANGET